Amati, Tiru, Modifikasi?
Sebuah langkah mula.
Saya senang menggambar. Dulu saat kecil saya pernah punya keinginan untuk suatu saat bisa memajang gambar atau lukisan saya di pameran. Bagaimana metode yang saya lakukan? Setelah menentukan obyek yang ingin digambar, saya amati secara menyeluruh untuk menentukan mau mulai darimana. Kemudian saya beri garis batas di kertas atau kanvas, dan saya ikuti garis per garisnya. Benar-benar per garis. Bahkan saat mewarnai pun saya ingin supaya bisa persis dengan aslinya. Bisa dikatakan saya benar-benar mengamati lalu meniru obyek tersebut.
Pada suatu titik saya merasa hal ini bisa menghambat kreativitas. Banyak pelukis yang bisa menghasilkan karyanya hanya dari imajinasi. Tanpa perlu melihat “contoh”, mereka dengan hebatnya menyajikan apa yang mereka pikirkan di kanvas. Suatu saat saya ingin sekali bisa seperti itu.
Namun yang sering saya lewatkan adalah fakta bahwa mereka sudah menghabiskan ratusan bahkan ribuan jam dalam hidup mereka untuk melukis. Sementara saya hanya melakukannya di sela waktu kosong. Ibaratnya, karena setiap mandi saya menyanyikan lagu The Beatles sambil keramas, lalu saya ingin bisa bernyanyi layaknya Mccartney.
Sama seperti hal lain dalam hidup, ini adalah proses. Seiring dengan semakin seringnya saya menggambar, saya harap kemampuan saya bisa meningkat.
Begitu pun dengan menulis. Saat ini saya hanya bisa menuliskan ringkasan dari apa yang saya baca. Mungkin dari tulisan saya, hanya sedikit yang berasal dari pemikiran saya sendiri. Kata-kata yang saya tulis juga terkadang terasa aneh saat saya baca kembali. Ini yang sering membuat saya merasa insecure.
Kembali lagi, saya mungkin baru menulis dalam hitungan belasan atau puluhan jam. Padahal perjalanan masih panjang, sebab ini baru mula. Yang terpenting adalah jika apa yang saya tulis bisa selalu bermanfaat, bahkan untuk satu orang saja yang membaca, itu sudah cukup. Seiring dengan semakin seringnya menulis, saya harap saya bisa menjadi lebih baik.