‘Bad Day’
Pernahkah kamu mengalami hal buruk yang terjadi sepanjang hari? Sudah jatuh tertimpa tangga. Musibah datang bertubi-tubi, silih berganti.
Dulu waktu saya kecil, saya pernah mencatat hari dimana saya mengalami sial. Misal saat buku pelajaran tertinggal, dimarahi guru, jatuh karena tersandung, dan sebagainya. Ketika pulang sekolah waktu saya SD, jalan kaki setelah turun dari angkot, tiba-tiba ada anak SMA yang meminta uang saya. Sampai di rumah saya baru ingat, "Oh pantesan, hari Selasa". Yaa, memang tidak logis dan superstitious. Mungkin karena pemikiran masih kecil. Semakin beranjak dewasa, hal seperti itu mulai hilang.
Saat saya menulis post ini, dari pagi sampai malam sedang banyak sekali masalah yang terjadi. Tiba-tiba saya teringat kembali pemikiran di waktu kecil dulu. Muncul rasa penasaran, apakah sebenarnya fenomena "bad day" ini umum bagi tiap orang? Bad things happen all the time, tapi berkali-kali dalam satu hari?
Kamu mungkin pernah dengar istilah Murphy's Law. Anything that can go wrong, will go wrong (and at the worst possible time). Tapi hukum apa yang menjelaskan after something goes wrong, another bad things follow after?
Saya menemukan sebuah artikel yang ditulis oleh Steve Schwartz mengenai sains di balik hari buruk atau bad day. Schwartz berargumen bahwa sama sekali tidak ada yang namanya "hari buruk" dalam kenyataan. Hari buruk hanya ada dalam interpretasi kita tentang realita, yang kemudian menjadi ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya.
Peter Bentley, pengarang buku Why Sh*t Happens: The Science of a Really Bad Day, mengatakan dalam satu wawancara, "Statistik menunjukkan bahwa orang yang percaya pada nasib buruk akan mengalami lebih banyak kecelakaan pada hari Jumat tanggal 13. Mereka yang memiliki sikap negatif lebih cenderung mengatribusikan kecelakaan kecil yang normal dengan hal-hal berbau mistis." Kesimpulannya? Hari buruk bisa muncul kalau kita yakin hari buruk akan muncul.
Mmm, jujur saya belum menerima. Kadang hal buruk tetap terjadi tanpa saya sadar atau yakin hal buruk akan terus terjadi. Namun, walaupun alasan "mengapa" belum ketemu, saya beralih ke pertanyaan selanjutnya, "Lalu, apa yang harus dilakukan setelah mengalami hari yang buruk?"
Jen A. Miller menulis tentang hal ini di web NYT. Menurutnya, beberapa langkah yang bisa kita coba yaitu:
Bernafas
Berhentilah sejenak, luangkan waktu dua menit untuk menarik dan menghembuskan napas dalam-dalam. Melakukan pernapasan semacam ini membantunya “ingat untuk berada di saat ini dan untuk hadir dengan apa pun yang ada di depan, di belakang maupun apa yang akan datang".
Minta Maaf
Saat kamu mengalami hal buruk lalu emosimu meledak dan melibatkan orang lain, cukup minta maaf. Setelah itu, cobalah untuk memberi tahu orang tersebut apa yang terjadi, “bukan untuk membenarkannya, tetapi untuk menjelaskannya". Terakhir, diskusikan “apa yang kita pelajari dari kejadian ini, dan apa yang dapat kita lakukan secara berbeda ke depannya.”
Cari Hal yang Menantang dan Selesaikan
Karena terkadang, kita hanya butuh distraksi. Hal sesederhana puzzle atau permainan game di handphone bisa menjadi obat penawar. Ketika selesai, akan muncul rasa pencapaian (sense of accomplishment) yang bisa semakin meningkatkan semangatmu.
Temukan Cara untuk Terhubung dengan Orang Lain
Sebagian besar dari kita pasti merasa butuh untuk bersosialisasi. Hubungi teman, lakukan videocall, atau bahkan cukup duduk di depan rumah dan menyapa tetangga.
Jangan Lampiaskan Kemarahan
Berkebalikan dengan pandangan umum, kalau kamu melampiaskan amarah dengan aktivitas seperti berteriak atau memukuli sasak tinju, kamu malah bisa merasa lebih buruk setelahnya. Lennis Echterling, profesor psikologi di Universitas James Maddison, mengatakan tidak ada benefit bagi kesehatan kalau kamu melakukan hal demikian.
Cari Hal untuk Disyukuri
Bersyukur untuk orang-orang atau hal-hal dalam hidup kita dapat membantu kita merasa lebih terhubung dan terinspirasi untuk membantu orang lain. Rasa syukur ini bisa dimulai dari hal kecil seperti bisa meminum kopi favorit atau hal besar seperti merasa aman dan nyaman di rumah. Dengan mencari hal yang bisa disyukuri, kita mengalihkan perspektif kita, bahkan di hari yag buruk pun banyak hal baik yang terjadi dalam hidup.
Post ini akan saya akhiri dengan satu ungkapan: "It's only a bad day, not a bad life" dan sepotong lirik lagu "Bad day pasti berlalu". Sama seperti semua hal di dunia ini yang hanya sementara, kalau hari ini memang hari yang buruk, masih ada hari esok, kan?