Kegagalan yang Membebaskan

Sebuah pandangan dimana kita sebenarnya tidak perlu menghindari hal yang selama ini kita takuti.

Beberapa hari yang lalu saya membaca sebuah kalimat: Failure is liberating. Hal ini tentu berlawanan dengan pandangan mayoritas orang. Siapa sih yang mau merasakan kegagalan? Siapa yang mau merasa sedih dan sakit hati apabila kerja keras serta usahanya ternyata tidak menghasilkan sesuatu yang diinginkan?

Saya pribadi adalah orang yang sangat anti dengan kegagalan. Dari kecil saya ditanamkan untuk harus berhasil mencapai target, entah itu rangking di sekolah, juara di lomba menggambar, keberhasilan tampil bermain musik, dan sebagainya. Tanpa sadar ternyata hal ini menjadikan saya sebagai orang yang perfeksionis dan bukan risk-taker di masa dewasa. Untuk mengerjakan sesuatu, saya selalu berusaha menganalisis dahulu aspek segala sisi, apa yang saya butuhkan supaya berhasil, apa yang harus saya hindari agar tidak gagal. Tapi bahkan seringkali setelahnya saya tidak juga memulai.

Mungkin kita sering mendengar kisah sukses orang-orang terkenal dimana mereka mengawali hidup from zero to hero. Saya sendiri suka membaca biografi dan autobiografi CEO sukses, pengusaha kaya, dan bahkan cerita mantan presiden dan para pemimpin. Bagi saya, dan mungkin sebagian dari kalian, fokus utamanya tentu pada keberhasilan mereka. Memang di awal mereka harus jatuh atau gagal, tapi toh di akhir mereka berhasil mencapai yang mereka inginkan. Satu hal yang justru harusnya kita garisbawahi:

Bahkan orang yang paling sukses sekalipun pernah mengalami kegagalan.

Jadi, what’s with the contradiction? Kenapa kita sangat tidak ingin gagal, padahal kita tahu untuk mencapai keberhasilan memang jalannya tidak selancar jalan tol? (Memang jalan tol juga sering macet, but you got the point 😅)

Kita selalu menunda mengerjakan sesuatu karena kita tidak yakin hasilnya bisa sesuai ekspektasi. Kita sering tidak mau mencoba melakukan hal yang kita tahu bisa membuat hidup lebih baik karena tidak yakin dengan kemampuan kita. Kita sangat menghindari untuk mencoba sesuatu yang baru di depan orang lain. Dan, ini yang sangat sering terjadi pada saya, kita terkadang terjebak dalam ilusi bahwa diri kita sudah jauh lebih baik setelah membaca buku, menonton video Ted Talk atau cerita kesuksesan, serta meneliti sesuatu, tanpa berbuat apapun yang real.

Lalu, bagaimana untuk mengatasi hal ini?

Saya (ironisnya) membaca beberapa sumber dan merangkumkan untukmu di sini dalam beberapa poin.

Berpikir seperti anak kecil

Anak kecil terjatuh berkali-kali sebelum bisa berjalan. Ia memasukkan apapun ke mulutnya. Ia memegang benda asing agar tahu bagaimana rasanya. Mungkin tidak ada gunanya ia menggigit mobil-mobilan, tapi toh tetap dilakukan dan pada akhirnya ia tahu itu bukanlah hal yang bermanfaat.

Anak kecil memiliki rasa penasaran yang luar biasa, tapi semakin dewasa justru rasa itu hilang. Kita merasa tidak nyaman untuk menghadapi rasa takut dan mencoba melakukan sesuatu yang baru. Padahal lebih baik kita menghadapi ketakutan itu dan melangkah maju ketimbang terjebak dalam perasaan yang lebih sulit: perasaan menyesal.

Berpikir seperti ilmuwan

Thomas Alva Edison pernah mengatakan, “Aku tidak pernah menganggap aku sudah gagal 1000 kali, tapi aku sudah menemukan 1000 cara untuk gagal.”

Hidup itu seperti eksperimen raksasa dimana kita bisa mengeksplor sebanyak mungkin untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan, sama seperti ilmuwan yang harus mengulang eksperimen ribuan kali untuk mendapat kesimpulan. Dan sangat sering kesimpulan akhir berkebalikan 180 derajat dengan hipotesa awal, yang berarti perkiraan mereka salah. Dengan tidak melakukan eksperimen, mereka akan tetap berada di posisi tidak salah, tapi ya kalau semua ilmuwan seperti itu, kita tidak akan memiliki yang namanya sains.

Ubah persepsi tentang yang mungkin

Kadang saya tidak mau memulai membaca buku yang tebal karena takut tidak selesai. Kalau saja saya ubah persepsi, cukup membaca beberapa chapter, lalu beberapa chapter lagi, pada akhirnya saya akan menghabiskan buku tersebut.

Sama seperti hal lain. Mungkin kita takut untuk berbicara di depan banyak orang. Tapi kita bisa mencoba untuk berbicara ke 3-5 orang dahulu, baru sedikit demi sedikit belajar ke jumlah orang yang lebih banyak.

Sangat wajar kalau kita melihat target jangka panjang dan akhirnya tidak pernah memulai karena kita menganggap target itu sulit digapai. Tapi kita bisa membentuk ulang persepsi kita mengenai apa yang mungkin dengan cara membagi perjalanan tersebut ke beberapa bagian yang lebih kecil.

Failure is liberating. Kegagalan adalah proses belajar. Saat kita menerima bahwa tidak masalah untuk gagal, kita akan terbebas dari jerat yang menahan kita untuk berkembang. Saya akan menutup tulisan ini dengan perkataan Winston Churchill, “Perfection is the enemy of progress.” Lebih baik membuat pilihan yang salah, ketimbang tidak berbuat apapun sama sekali.

💡
Suka dengan post ini? Kamu bisa mendaftar ke email newsletter yang akan saya kirimkan tiap minggunya. Isinya adalah rekomendasi buku yang sedang saya baca, beberapa link artikel menarik, video atau lagu yang saya temukan di minggu itu, serta quote yang berkesan.