Membeli Buku > Membacanya
Kenapa kadang membeli buku itu justru lebih menarik dari membaca?
Salah satu jenis video yang sering saya tonton di Youtube (selain Key & Peele dan cuplikan The Office) adalah review buku. Baik itu untuk buku yang baru saja selesai saya baca sehingga saya penasaran apakah orang lain merasakan hal yang sama, atau saat saya ingin mencari rekomendasi buku yang bagus.
Berawal dari situ, kemudian saya surfing Kindle Store di Amazon. Biasanya justru buku yang saya cari bukanlah buku yang dibeli, tapi tiba-tiba saya punya empat buku lain. Hal yang sama juga terjadi apabila saya ke toko buku fisik di mall, hanya karena lapar mata melihat sampul buku yang menarik dari luar toko. Padahal saya masih punya dua atau tiga buku yang belum dibaca.
Ternyata ada sebuah istilah dari Jepang untuk hal ini: tsundoku. Doku berasal dari kata kerja "membaca", sementara tsun artinya "menumpuk". Berbeda dengan bibliomania, tsundoku lebih menjelaskan intensi untuk membaca buku, tapi tidak sengaja malah menumpuknya.
Adanya Kindle membuat hal ini jadi lebih mudah dilakukan. Saat membeli buku fisik, entah kita menaruhnya di lemari, di samping tempat tidur, atau di meja makan sekalipun, kita sadar bahwa ada buku-buku yang belum dibaca. Ini mungkin bisa sedikit meredam keinginan membeli buku. Berbeda dengan saat membeli ebook. Belum lagi diskon Kindle Deals dimana kadang harga buku hanya $1-3 saja.
Jadi, kenapa membeli banyak buku terasa lebih memuaskan dibanding benar-benar membacanya?
Beberapa alasan yang terpikirkan:
- Muncul rasa antisipasi dan ekspektasi yang besar dari sebuah buku saat membelinya, bahkan mungkin ketimbang saat aktual kita sudah selesai membacanya
- Sekedar punya pilihan buku untuk dibaca itu menyenangkan. Kita bisa memutuskan untuk membaca yang mana pun dan kapan pun kita mau (sense of control?)
- Fear of missing out, terutama kalau sebuah buku dikategorikan sebagai books you should read before you die. Dengan membelinya, paling tidak kita sudah punya kesempatan
- Adanya diskon (who are we kidding, right?)
Terlebih lagi, saya setuju dengan Nassim Nicholas Taleb, yang mengatakan bahwa buku yang belum dibaca itu sama pentingnya dengan buku yang sudah dibaca. Di dalam koleksi perpustakaan pribadi kita harus terdapat hal-hal yang belum kita ketahui dan pahami, bahkan lebih banyak ketimbang yang kita rasa sudah kita tahu. Mungkin ini akan menjadi semacam pengingat bahwa ada banyak sekali hal di dunia ini yang belum kita sentuh, belum kita pelajari, dan masih menjadi misteri.