Menunggu (Juga) Adalah Kunci
Post pertama saya di website Jagad Raya adalah summary buku One Hundred Years of Solitude dan Psychology of Money. Kedua post ini saya upload pada tanggal 14 Juli 2022, satu tahun yang lalu.
Tentu saja saat berencana membuat blog saya berharap suatu saat akan banyak orang yang mau membaca tulisan saya. Tidak naif, saya tahu pasti tulisan saya tidak akan langsung bagus dan butuh waktu sampai saya bisa memberikan tulisan-tulisan yang ‘wow’. Tapi saya sempat berpikir bahwa setelah setahun atau dua tahun, bisa ada puluhan orang yang membaca blog Jagad Raya. Ternyata aktualnya tidak semudah yang saya harapkan.
Ini adalah topik yang akan saya bahas pada tulisan minggu ini. Apakah kita bisa selalu mendapatkan apa yang kita mau, tepat di waktu yang kita inginkan? Saya yakin lebih sering jawabannya adalah tidak.
Menunggu lebih lama
Ryan Holiday menulis buku bestseller-nya, The Obstacle is the Way, di tahun 2014. Ia butuh waktu enam tahun sampai akhirnya bukunya itu masuk ke daftar New York Times Bestseller.
Ed Catmull menentukan impiannya untuk menjadi orang pertama yang membuat film animasi komputer pada umur 26 di tahun 1971. Ia baru mencapai mimpi itu di tahun 1995 saat Toy Story rilis.
Namanya mimpi pasti butuh waktu untuk bisa terwujud. Tapi kalau saja kita tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan, mungkin kita bisa tahan. Masalahnya, hal terberat bukanlah menunggu saat itu tiba, melainkan ketidaktahuan kita berapa lama harus menunggu.
Hidup memang seperti itu. Butuh waktu lebih lama dari yang kita mau atau harapkan. Bukan hanya kesuksesan, ada orangtua yang masih menunggu untuk memiliki momongan, ada orang yang menunggu panggilan kerja, ada juga yang menunggu untuk menemukan jodoh yang tepat.
Akan butuh waktu untuk mendapatkan apa yang kita inginkan.
Artinya, kita harus selalu belajar untuk memiliki kesabaran. Tidak hanya itu. Kita pun harus rendah hati dan pantang menyerah. Dan yang terpenting adalah kita harus memiliki harapan. Karena kita akan menunggu, lalu menunggu sedikit lagi, dan sedikit lagi setelah itu.
Kesabaran yang aktif
Saya akan meluruskan sedikit. Kalau kita hanya menunggu saja, duduk sambil berharap-harap keinginan kita terwujud lalu kemudian secara ajaib semesta mendukung, itu bukanlah menunggu yang saya maksud. Itu adalah menunggu secara pasif. Kemungkinan besar orang yang pasif seperti itu akan terus menunggu.
Tanpa adanya sesuatu yang dilakukan, tentu tidak akan ada hasil. Tanaman apapun tidak akan tumbuh kalau benihnya tidak kita tabur, kemudian kita sirami dan beri pupuk.
Kita bukanlah orang yang spesial. Dunia tidak berhutang pada kita dan harus memberikan apa yang kita mau.
Kesabaran yang aktif mengharuskan kita untuk juga melakukan usaha. Rencanakan langkah-langkah untuk mencapai kesuksesan yang kita mau. Sambil menunggu panggilan kerja, latih diri dengan skill yang berhubungan. Tabung penghasilan, jangan besar pasak daripada tiang, lakukan investasi yang bijak. Dan sebagainya.
Lakukan dengan konsisten.
Saya meyakini hal ini. Itu sebabnya sebisa mungkin saya terus melatih cara saya menulis. Memang sulit apabila tidak ada yang memberikan feedback. Apakah tulisan saya sudah cukup baik? Apakah banyak yang perlu diperbaiki? Apakah tulisan saya memberikan manfaat walaupun sedikit?
Saya akan terus belajar dan berlatih. Mungkin suatu saat akan banyak orang yang mau memberikan saya masukan. Mungkin ada yang menganggap tulisan saya tidak ada faedah. Tapi mungkin juga ada orang yang hidupnya menjadi lebih baik karena tulisan saya. Sampai saat itu tiba, saya siap menunggu. Lalu menunggu sedikit lagi. Dan sedikit lagi setelah itu.