Pra-investasi
Orang akan tenggelam kalau berusaha menyelam tanpa pernah belajar berenang.
Pernahkah kamu melihat meme di atas?
Tujuan si pembuat meme mungkin sebagai bahan sindiran untuk orang-orang yang langsung “berinvestasi” tanpa mempelajari terlebih dahulu sebenarnya uang mereka akan lari kemana. Kita kadang begitu mudah terpancing dengan iming-iming cepat kaya atau cuan besar. Hal ini biasanya dimanfaatkan oleh oknum untuk melakukan penipuan, pom-pom, skema Ponzi, dan sebagainya.
Seperti yang ditulis oleh Morgan Housel dalam bukunya The Psychology of Money (rangkumannya bisa kamu baca di sini), sebenarnya kalau kita ingin mengetahui kenapa kadang orang membuat keputusan tidak logis dengan uang, yang perlu dipelajari bukanlah tingkat suku bunga melainkan bagaimana sejarah manusia yang dipenuhi keserakahan, perasaan insecure, dan juga optimisme yang berlebih.
Ada orang-orang yang suka bermain lotre. Katanya, inspirasi angka yang harus dipasang bisa muncul dari mimpi, dari nomor kendaraan saat ada insiden kecelakaan lalu lintas, atau sekedar karena di hari itu ia sering melihat angka yang sama.
Mungkin sebagian dari kita menganggap hal ini konyol. Tetapi, banyak juga lho orang yang langsung membeli saham karena ia melihat ‘saran’ seorang influencer di media sosial, tanpa mengetahui sebenarnya perusahaan apa yang ia beli. Ada juga yang menghabiskan uangnya untuk crypto hanya karena FOMO dan ikut tren. Mirisnya lagi, banyak sekali kasus orang yang berhutang sana-sini, bukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, melainkan untuk ‘investasi’. Bayangkan apabila ‘investasi’-nya itu gagal.
Di post ini saya tidak ingin membahas apa investasi yang bagus atau yang bisa memberikan return terbesar. Justru yang ingin saya share adalah beberapa langkah yang bisa dilakukan sebelum kita mulai berinvestasi dan bagaimana itu membantu kita dalam mengatur keuangan sehari-hari.
#1. Catat dan pantau cashflow keuangan
Menurut saya ini adalah hal terpenting dalam mengatur keuangan. Karena, kalau kita tidak mencatat dan memonitor pemasukan dan pengeluaran, darimana kita bisa tahu uang kita habis untuk apa setiap bulan? Berbagai metode bisa dipakai: catat manual di buku, menggunakan excel, atau memakai aplikasi di handphone.
Saya melakukan ini sejak pertama kali kerja, bahkan dulu sampai setiap hari. Pengeluaran sekecil bayar parkir atau jajan minum di kantin pasti saya catat. Kemudian tiap malam saya masukkan ke excel.
Sekarang, sudah banyak aplikasi handphone yang bisa membantu. Bahkan dengan menggunakan m-banking, dompet digital, atau kartu kredit, semua laporan pengeluaran itu bisa langsung dilihat atau nantinya dimunculkan di akhir bulan. Jadi, kontrol kita bisa lebih mudah.
#2. Buat anggaran/budgeting
Panduan yang paling terkenal adalah prinsip 50/30/20 yang dipopulerkan Elizabeth Warren. Alokasikan 50% pemasukan kita untuk kebutuhan, 30% untuk keinginan, dan 20% untuk tabungan. Walaupun tiap orang pasti berbeda, misal yang masih single kebutuhannya tidak sama dengan seseorang yang sudah berkeluarga, namun ini adalah satu acuan awal yang bagus untuk diterapkan.
#3. Menabunglah dan tingkatkan terus rate menabung setinggi-tingginya
Hal ini dibahas dengan jelas di buku Psychology of Money. Membangun kekayaan itu erat hubungannya dengan tingkat menabung. Dengan menekan apa yang bisa kita beli hari ini, kita mendapatkan lebih banyak pilihan, fleksibilitas, dan kebebasan di masa depan. Hidup tidak bisa diprediksi, ada baiknya kita berjaga-jaga.
Jadi, seiring dengan bertambahnya pendapatan, usahakan tingkat menabungnya yang naik, bukan gaya hidup.
#4. Lunasi cicilan hutang dan/atau tagihan kartu kreditmu
Kalau kamu punya cicilan rumah, cicilan mobil, atau hutang, usahakan lunasi dari yang paling mendesak. Tekan pengeluaran dan biaya hidupmu yang tidak terlalu penting (kebutuhan tersier). Baiknya sebelum memutuskan untuk mulai mencicil atau berhutang, jaga supaya jumlah cicilan per bulannya tidak melebihi 30% pemasukanmu.
Untuk kartu kredit, banyak orang yang terjebak karena tidak bisa melunasi tagihan dan bunganya. Padahal, asal kita memakai dengan bijak, justru bisa mendapat berbagai benefit. Saya sendiri baru mulai menggunakan kartu kredit di tahun 2020 setelah menonton video Frank Abagnale Jr. saat menjadi pembicara di Google. Saya mungkin akan bahas di post khusus mengenai kartu kredit ini. Tapi intinya, untuk menghindari bunga atau denda dari bank, bayarlah tagihan kamu tepat waktu dan selalu bayar full. Jangan melewati limit kredit yang diberikan, jangan menarik uang di ATM dengan kartu kredit, dan sebisa mungkin jangan bayar tagihan minimal!
#5. Siapkan dana darurat/emergency fund
Tidak ada yang bisa memprediksi masa depan. Life is so full of surprises! Krisis moneter 1998, krisis 2008, krisis pandemi Covid-19 terjadi tanpa ada yang menduga.
Seperti namanya, dana darurat adalah dana yang sengaja kita sisihkan untuk dipakai pada kondisi terdesak seperti saat kehilangan pekerjaan, penyakit yang menyerang tiba-tiba, atau saat krisis ekonomi. Besarnya dana darurat mungkin berbeda bagi tiap orang, bergantung pada tanggungan, pengeluaran, lifestyle, dan adanya hutang. Tapi biasanya, financial advisor menyarankan untuk menyediakan dana sebesar tiga sampai enam kali pengeluaran bulanan. Dana ini harus berupa cash atau aset yang sangat likuid (seperti reksadana pasar uang) supaya mudah dicairkan.
#6. Baca, tonton, pelajari tentang semua tipe investasi
Saat ini sudah banyak sekali sumber materi yang bisa kamu pelajari tentang deposito, SBN, P2P lending, reksadana, ETF, saham, dan properti (saya tidak menganggap crypto sebagai sebuah investasi 😄). Untuk buku, saya merekomendasikan Intelligent Investor dari Benjamin Graham, Millionaire Teacher oleh Andrew Hallam, atau Simple Path to Wealth oleh J.L. Collins. Kalau kamu kurang suka membaca buku, saya merekomendasikan channel Youtube Doddy Bicara Investasi. Jangan mudah percaya dengan influencer. Lakukan riset sebanyak-banyaknya sebelum kamu memulai investasi pertamamu. Dan yang terpenting:
#7. Pakailah ‘uang dingin’ untuk berinvestasi
Pastikan dulu kebutuhan kamu tercukupi, hutang kamu lunas, dan kamu sudah memiliki dana darurat sebesar tiga sampai enam kali pengeluaran bulanan. Kamu bisa berinvestasi pada aset yang paling aman seperti deposito bank atau reksadana pasar uang, sampai yang risikonya tinggi seperti saham.
Jadi, mengacu ke gambar di awal post ini, ada langkah-langkah yang harus kamu lakukan sebelum kamu memutuskan untuk berinvestasi. Saya harap ini bisa membantu kamu ya!