Rangkuman "Same as Ever"

Rangkuman "Same as Ever"
Photo by Yusuf Onuk / Unsplash

Sepanjang sejarah manusia, ada banyak sekali kejadian mengejutkan yang mengubah dunia namun tidak dapat diperkirakan. Great Depression, tragedi 9/11, Covid-19. Begitu naifnya diri kita kalau menganggap ke depan akan berbeda. Segala hal akan berubah dalam ratusan tahun yang akan datang, termasuk teknologi, pengobatan, dan sebagainya. Tapi, ada juga hal yang akan tetap sama: afiliasi golongan, rasa percaya diri yang berlebihan, serta perilaku keserakahan dan ketakutan. Semua itu tak akan lepas dari pribadi manusia.

Perubahan memang menarik, jadi kita cenderung menaruh fokus yang berlebihan padanya. Namun, beberapa pelajaran hidup yang paling kuat justru bersifat abadi dan tidak boleh diabaikan.

Same as Ever adalah buku terbaru yang ditulis oleh Morgan Housel (penulis The Psychology of Money). Di dalamnya, Housel berpendapat bahwa untuk melangkah maju dalam hidup, kita tidak perlu terlalu berspekulasi tentang masa depan. Justru kita harus melihat masa lalu dan mengidentifikasi hal-hal yang tidak pernah berubah.

Apa saja hal yang tidak berubah itu?

#1. Hanging by a Thread

Beberapa keputusan yang kita buat tidak memiliki penjelasan. Padahal keputusan tersebut dapat menjadi pembeda antara keberhasilan dan kegagalan atau hidup dan mati. Tanpa sadar, setiap hari kita dapat membuat keputusan terpenting dalam hidup kita, tetapi mustahil untuk mengetahuinya pada saat itu.

#2. Risk Is What You Don’t See

Masa depan sulit diprediksi karena selalu ada kejutan. Karena risiko terbesar adalah hal yang tidak disangka oleh siapa pun (“Risk is what’s left over after you think you’ve thought of everything.”), maka tidak ada yang siap menghadapinya; dan konsekuensinya bisa sangat buruk.

Jadi, ada dua hal yang bisa dilakukan: expect the unexpected dan persiapkan hal secara berlebihan (contohnya tabung uang lebih banyak dari seharusnya atau berhutang lebih sedikit dari yang bisa kita bayar).

“Invest in preparedness, not in prediction.”

#3. Expectations and Reality

Salah satu fakta dalam hidup yang terpenting dan dapat dipelajari seseorang (dan yang paling sulit diterima) adalah bahwa kebahagiaan bergantung pada harapan kita sendiri.

Menjadi bahagia itu cenderung mudah; yang sulit adalah keinginan untuk lebih bahagia dari yang lain. Sesuai yang dikatakan Charlie Munger, dunia bukan didorong oleh keserakahan melainkan iri hati.

“The first rule of a happy life is low expectations. If you have unrealistic expectations you’re going to be miserable your whole life.”

#4. Wild Minds

Beberapa orang yang kamu kagumi berpikir dengan cara yang kamu sukai. Pada saat yang sama, mereka juga berpikir dengan cara yang tidak kamu sukai. Terkadang, memiliki sifat-sifat yang tidak normal adalah bagian dari apa yang membuat mereka sukses, tetapi tidak semua sifat-sifat tersebut positif dan kamu tidak dapat memisahkan kedua sisi tersebut.

#5. Wild Numbers

Kita ingin merasa yakin di dunia yang serba tidak pasti. “People don’t want accuracy. They want certainty.”

Padahal, jarang sekali suatu hal itu hanya "hitam dan putih", “benar dan salah”, atau “ya dan tidak”.

#6. Best Story Wins

Untuk menang, kamu butuh cerita terbaik. Di dunia yang penuh informasi, memiliki jawaban yang benar saja tidak cukup. Kamu perlu cerita yang kuat dan persuasif untuk meyakinkan orang.

Di dunia yang sempurna, pentingnya informasi tidak akan bergantung pada keahlian narasumber menyampaikannya. Namun, kita hidup di dunia, di mana orang-orang merasa bosan, tidak sabar, emosional, dan membutuhkan hal-hal rumit untuk diringkas menjadi hal-hal yang mudah dipahami.

#7. Does Not Compute

Banyak hal dalam hidup yang sulit dijelaskan atau diukur, tetapi bisa terjadi berulang kali dan membuat perbedaan.

Karena manusia adalah makhluk yang paling tidak rasional di dunia, jangan pernah berasumsi bahwa sesuatu tidak relevan karena tidak dapat diukur.

#8. Calm Plants the Seeds of Crazy

Ada siklus dalam hidup yang melibatkan keserakahan dan ketakutan. Kita sering menganggap sebuah hal baik sebagai sesuatu yang permanen, jadi kita abai hingga hal yang buruk terjadi. Akhirnya kita menerima hal buruk dan melihatnya sebagai sesuatu yang permanen. Tetapi kita mengabaikan hal baik dalam prosesnya dan polanya dimulai lagi. Sebuah siklus yang tak pernah berakhir.

#9. Too Much, Too Soon, Too Fast

Beberapa proses tidak dapat dipercepat. Setiap orang ingin segala sesuatunya berjalan lebih cepat setelah menemukan sesuatu yang berharga. Ini masuk akal, tetapi bisa jadi bumerang. Semua hal bekerja secara optimal pada ukuran atau kecepatan yang berbeda. Saat kamu mengacaukan variabel yang terlibat, semakin besar kemungkinan justru kamu akan merusak sesuatu.

#10. When the Magic Happens

Inovasi terbesar justru sering terjadi di masa krisis. Stres adalah pemicu keajaiban terjadi. “Stress focuses your attention in ways that good times can’t.”

Hidup yang bebas dari masalah memang terdengar indah, sampai kita sadar bahwa itu akan menghambat motivasi dan kemajuan.

Tidak ada orang yang menginginkan kesulitan, tapi kita harus pahami bahwa itu adalah bahan bakar paling ampuh dari penyelesaian masalah: akar dari apa yang kita nikmati hari ini dan kesempatan untuk hal yang akan kita nikmati di masa depan.

#11. Overnight Tragedies and Long-Term Miracles

Hal baik butuh waktu, namun hal buruk bisa terjadi dalam sekejap. Ini karena hal baik merupakan hasil dari compounding, sedangkan hal buruk adalah hasil dari satu kesalahan fatal. "Complex to make, simple to break."

#12. Tiny and Magnificent

Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit. Kebanyakan bencana adalah akibat dari risiko kecil yang berkembang menjadi sesuatu yang besar. Begitu pula, hal-hal yang paling menakjubkan adalah hasil dari hal-hal kecil yang berkembang menjadi sesuatu yang hebat. Efek bola salju.

#13. Elation and Despair

Pesimisme menarik bagi kita karena kita membutuhkannya untuk bertahan hidup. Optimisme juga penting karena kita membutuhkannya untuk terus maju. Kedua pola pikir ini tampaknya saling bertentangan, tetapi sebenarnya kita membutuhkan keduanya.

Temukan sweet spot di tengah pesimisme dan optimisme, atau yang disebut oleh penulis sebagai rational optimism: percaya bahwa ke depannya semua akan menjadi lebih baik, namun untuk mencapai titik itu akan banyak hambatan, tantangan, dan kekecewaan.

#14. Casualties of Perfection

Semua makhluk di bumi pasti memiliki ketidaksempurnaan. Dengan mengejar kesempurnaan, justru ada hal yang harus dikorbankan. Tidak ada yang salah untuk menjadi "good enough".

#15. It’s Supposed to Be Hard

Kita sering lupa bahwa untuk mencapai sesuatu yang berharga, kita pasti menemui kesulitan. "The better the rewards, the higher the price." Tidak ada kata shortcut.

Tentukan apa yang mau kamu raih, identifikasi "harga" yang harus dibayar, dan jalani sekuat tenaga meskipun ada sakit yang harus dirasa.

“Everything worth pursuing comes with a little pain. The trick is not minding that it hurt.”

#16. Keep Running

Unggul dalam sebuah kompetisi itu sulit, tetapi mempertahankan keunggulan juga tidak mudah.

Ada banyak cerita tentang perusahaan yang di satu titik mendominasi pasar, namun akhirnya jatuh.

Di dalam evolusi, spesies yang ingin bertahan harus terus berlari. Begitu pun aplikasinya untuk semua area dalam hidup kita.

#17. The Wonders of The Future

Ketika teknologi baru yang bisa mengubah dunia muncul, orang-orang selalu merespons dengan cara yang sama. Awalnya mereka mengabaikan teknologi itu. Namun teknologi tersebut berkembang sampai pada titik di mana orang tidak dapat hidup tanpanya. Kemudian teknologi tersebut menjadi begitu besar sehingga harus diregulasi. Inovasi sangat sulit diprediksi karena selalu bermula dari hal kecil yang mengalami compounding.

#18. Harder Than It Looks and Not as Fun as It Seems

Everything is sales. Tidak cuma barang atau jasa yang kamu jual, tapi juga gambaran diri sendiri. Dengan beragam cara, kamu ingin meyakinkan orang lain bahwa kamu istimewa sambil menyembunyikan kekuranganmu. Kamu harus sadar kalau kamu bukan satu-satunya yang melakukannya. Ingatlah hal ini jikalau kamu punya sosok idola.

Semua orang memiliki masalah yang tidak ditunjukkan ke orang lain, paling tidak sampai kamu benar-benar mengenal mereka lebih dekat. Ingatlah hal ini dan kamu akan menjadi lebih pemaaf—ke diri sendiri dan orang lain.

#19. Incentives: The Most Powerful Force in the World

Insentif itu sangat kuat. Begitu kuatnya hingga orang bersedia melakukan hal tak rasional untuk mendapatkannya.

Ketika insentif cukup kuat, orang-orang yang jujur ​​dan bermaksud baik pun dapat terlibat dalam perilaku buruk. Banyak sekali bentuk insentif, tetapi yang paling umum adalah finansial, budaya, atau kesukuan.

#20. Now You Get It

Hal yang paling persuasif dan meyakinkan adalah hal yang kamu alami secara langsung.

Membaca dan mempelajari sesuatu mungkin dapat membuatmu merasakan empati, tetapi hal itu tidak dapat menggantikan pengalaman langsung. Dengan kata lain, orang tidak akan tahu bagaimana mereka akan bereaksi terhadap sesuatu yang ekstrem kecuali hal itu terjadi pada mereka.

#21. Time Horizons

Dalam banyak hal, kita selalu memikirkan jangka panjang. Menabung rutin satu juta sekarang, dalam berapa puluh tahun lagi akan menjadi sekian M. Janji setia sampai akhir hayat dalam pernikahan. "Long-term thinking is easy to believe yet hard to accomplish."

  • Untuk jangka panjang kamu harus tahan dengan permasalahan jangka pendek.
  • Kamu harus meyakinkan orang terdekatmu, karena tidak ada orang yang sesabar atau sepemahaman denganmu.
  • Belajar menjadi fleksibel.
  • Berubah pikiran itu perlu, tetapi sulit untuk tahu kapan. Kenali saat kamu sedang bersabar dan kenali saat kamu sedang keras kepala.

#22. Trying Too Hard

Manusia ingin merasa tertantang secara intelektual.

Kompleksitas bisa memberikan kesan kalau kita memegang kendali, sementara hal sederhana sulit dibedakan dengan ketidaktahuan. Itulah mengapa kenyataannya kompleksitas lebih menjual.

Tapi hal yang bisa menjadi pelajaran adalah: jangan pernah mengabaikan hal-hal yang sederhana namun efektif dan menggantinya dengan hal-hal yang rumit dan tidak efektif.

#23. Wounds Heal, Scars Last

Ketika sesuatu yang buruk terjadi, orang bisa beradaptasi dan membangun hidupnya kembali. Tetapi pengalaman menyakitkan itu akan bertahan selamanya. Hal ini menjelaskan mengapa kita semua memiliki tujuan dan nilai yang berbeda dalam hidup.

Konklusi

Itulah 23 poin yang selalu sama di dunia yang terus berubah. Kebanyakan orang merasa keberatan terhadap ide bahwa segala sesuatunya tidak pasti di masa depan. Sebagian mungkin merasa terintimidasi, sehingga akhirnya lebih mudah untuk mempercayai kebalikannya—bahwa ada cara melihat atau memprediksi yang akan terjadi. Sejarah membuktikan kepercayaan ini masih terus dipegang sampai sekarang, walaupun salah besar.

Untuk mengurangi ketidakpastian, orang selalu berusaha membuat forecast yang lebih presisi, cari lebih banyak data, cari lebih banyak cara, sedetail-detailnya. Padahal justru jauh lebih efektif untuk melakukan yang sebaliknya: lihat lebih luas ke belakang. Alih-alih menghabiskan energi untuk menebak yang akan terjadi, lebih baik pelajari yang dari dulu tidak bisa dihindari.

💡
Suka dengan post ini? Kamu bisa mendaftar ke email newsletter yang akan saya kirimkan tiap minggunya, berisi rekomendasi buku yang sedang saya baca, beberapa link artikel menarik, video atau lagu yang saya temukan di minggu itu, serta quote yang berkesan untuk saya.