Rangkuman “The 7 Habits of Highly Effective People” (1/4)
Buku ini memberikan kerangka komprehensif untuk mengembangkan kebiasaan yang bisa menjadikan kamu individu yang lebih efektif dalam mencapai kesuksesan.
Stephen Covey dalam bukunya yang sangat terkenal, “The 7 Habits of Highly Effective People”, percaya bahwa cara kita melihat dunia sepenuhnya didasarkan pada persepsi yang kita miliki. Untuk mengubah suatu situasi, kita harus mengubah diri kita sendiri. Untuk mengubah diri, kita harus mengubah persepsi kita.
Etika Karakter dan Etika Kepribadian
- Covey mempelajari 200 tahun studi literatur tentang kesuksesan, dan 65% dari semua literatur itu berfokus pada “Etika Karakter“ sebagai pondasi kesuksesan:
- Integritas
- Kerendahan hati
- Kesetiaan
- Kesederhanaan
- Keberanian
- Keadilan
- Kesabaran
- Ketekunan
- Kesopanan
- Pada jaman itu, orang dianggap sukses apabila mereka bisa mengintegrasikan prinsip-prinsip tersebut ke dalam hidup.
- Namun, setelah Perang Dunia I, terjadi semacam “pergeseran” dari Etika Karakter menjadi Etika Kepribadian. Sukses dihubungkan dengan citra publik, sikap dan perilaku yang bisa diterima, kemampuan dan teknik berinteraksi.
- Etika Kepribadian secara mendasar mengambil dua jalur: human & public relation dan positive mental attitude. Pendekatan yang diambil cenderung manipulatif bahkan tidak jarang menipu:
- Teknik mempengaruhi agar disukai orang
- Minat palsu pada hobi orang lain untuk mendapatkan apa yang diinginkan
- Teknik intimidasi dan strategi kekuatan
- Keterampilan berkomunikasi
- Sikap selalu positif
- Bukan berarti Etika Kepribadian ini tidak baik atau tidak bermanfaat, tapi hal-hal yang difokuskan tersebut adalah hal sekunder, bukan yang utama
- Manipulasi dan berbagai macam teknik mungkin bisa berhasil dalam jangka pendek karena memanfaatkan cara cepat atau shortcut, namun tidak akan bisa sukses untuk waktu yang lama. Yang dibutuhkan adalah karakter fundamental.
Pentingnya “Pergeseran Paradigma”
- Paradigma diibaratkan seperti map atau peta yang menunjukkan gambar atau aspek tertentu dari sebuah wilayah, tapi sebenarnya bukanlah wilayah itu sendiri. Peta ini menjadi cara kita agar bisa lebih memahami atau menginterpretasi sesuatu sehingga mencapai tempat yang kita tuju.
- Kita bisa membayangkan, misalnya destinasi yang ingin kita capai adalah Banjarmasin. Ternyata peta yang kita pakai salah, malahan ke Banjarnegara. Kita bisa bekerja keras, lebih rajin, berusaha ngebut, dan sebagainya. Tetapi, usaha kita itu hanya akan membawa kita ke tempat yang salah lebih cepat.
- Apabila peta dan map yang kita gunakan sudah benar dan sesuai, barulah sikap rajin, tekun, serta disiplin menjadi penting.
- Tiap diri kita memiliki peta atau map di dalam kepala, yang kita bagi menjadi 2 kategori:
- Peta keadaan sebenarnya = realita
- Peta keadaan seharusnya = nilai / value
- Tindakan membagi peta ini disebut sebagai interpretasi. Kita semua menginterpretasikan mana hal yang sebenarnya terjadi dan mana yang seharusnya terjadi.
- Hampir selalu, kita tidak pernah mempertanyakan akurasi peta kita. Dan ada 50% kemungkinan kita tidak sadar kalau diri kita punya peta ini.
- Kita hanya berasumsi bahwa cara kita memandang sesuatu adalah sebagaimana adanya atau seharusnya. Kalau semua orang berpikiran seperti itu, maka masing-masing pasti menganggap pandangan mereka lah yang paling benar. Padahal menurut Covey, “We see the world, not as it is, but as we are (or, as we are conditioned to see it).”
- Semakin kita sadar kalau paradigma kita sangat dipengaruhi oleh pengalaman kita masing-masing, pikiran kita bisa semakin terbuka dengan persepsi dari orang lain dan akhirnya kita lebih mau mendengarkan. Akhirnya pandangan kita menjadi lebih luas dan obyektif.
Paradigma yang Berpusat pada Prinsip
- Etika karakter didasarkan pada ide fundamental bahwa efektivitas manusia diatur oleh prinsip-prinsip (yang sudah disebutkan di awal tulisan ini).
- Prinsip-prinsip ini sudah teruji tahan terhadap waktu, bisa diaplikasikan secara universal (pada individu, pernikahan, keluarga, organisasi, dll.), serta bisa menjadi pedoman tingkah laku.
- 7 Habits yang dibahas oleh Covey merupakan pendekatan “inside-out” yang berpusat pada prinsip dan berdasar pada karakter (Inside-out artinya dimulai dari dalam diri sendiri dan mengarah ke luar).
- 7 Habits ini adalah sebuah proses — tidak ada shortcut atau cara cepat untuk mengaplikasikannya atau memperoleh hasilnya — yang mengikuti “Kontinuum Kedewasaan”, yaitu bermula dari dependensi menuju independensi dan berakhir pada interdependensi.
- Dependensi adalah paradigma ”kamu”. “Kamu“ menjaga saya, “kamu” berusaha untuk saya, kalau “kamu“ tidak memenuhi apa yang saya mau, saya menyalahkanmu.
- Independensi adalah paradigma “saya”. “Saya“ bisa melakukannya sendiri, “saya” bertanggungjawab, “saya” bisa memilih yang saya mau.
- Interdependensi adalah paradigma “kita”. “Kita“ bisa melakukan ini bersama, “kita” bisa bekerjasama, “kita” bisa menggabungkan kemampuan masing-masing dan menciptakan sesuatu yang hebat.
- Orang dependen selalu butuh orang lain untuk mendapatkan yang mereka mau. Orang independen bisa mendapat yang mereka mau dengan usaha sendiri. Orang interdependen menggabungkan usaha mereka dengan usaha orang lain untuk mencapai kesuksesan yang lebih tinggi.
- Di sinilah 7 Habits masuk:
- Habit 1, 2, dan 3 membentuk penguasan diri untuk mencapai kemenangan pribadi (dari dependen menuju independen)
- Habit 4, 5, dan 6 membentuk dasar karakter yang kuat untuk mencapai kemenangan publik (dari independen menuju interdependen)
- Habit 7 adalah pembaharuan, bagaimana melakukan continuous improvement
Apa Maksudnya Efektif?
Sesuai judul buku ini, yang dibahas adalah kebiasaan dari orang-orang yang sangat efektif. Covey menghubungkannya dengan cerita fabel dari Aesop tentang angsa yang bertelur emas.
- Prinsip yang digunakan oleh Covey disebut “Keseimbangan P/PC”. P adalah produksi dari hasil yang diinginkan (dalam kisah fabel di atas, P adalah telur emas). Sementara PC adalah kapabilitas produksi (production capability), kemampuan atau aset yang bisa menghasilkan telur emas.
- Kalau kamu memiliki pola hidup yang hanya berfokus pada telur emas saja dan mengabaikan angsanya, maka cepat atau lambat kamu tidak akan memiliki aset yang bisa menghasilkan telur emas. Sebaliknya, kalau kamu hanya merawat angsa tanpa bertujuan untuk mendapat telur emas, maka cepat atau lambat kamu tidak akan bisa memberi makan angsa itu, bahkan dirimu sendiri. Efektivitas berada di tengah-tengahnya.
- Di dalam buku ini dijelaskan tiga jenis aset: fisik, finansial, dan manusia.
- Contoh: aset mesin di perusahaan. Kepala pabrik yang mengincar bonus besar berusaha untuk mendapat hasil produksi sebanyak-banyaknya. Tidak ada downtime mesin, tidak ada maintenance. 24/7 mesin beroperasi non-stop. Jumlah produksi fenomenal, biaya rendah, profit melesat. Namun apa yang terjadi pada mesin itu setelah beberapa bulan atau beberapa tahun?
- Contoh lain adalah perusahaan yang berbicara banyak tentang kepuasan customer mereka namun mengabaikan karyawannya sendiri. Prinsip keseimbangan P/PC yang baik adalah selalu perlakukan karyawanmu sendiri sama seperti kamu memperlakukan customer terbaikmu.
Demikianlah rangkuman pertama dari buku The 7 Habits of Highly Effective People karya Stephen R. Covey. Pada part selanjutnya, kita akan membahas tiga habit yang dapat membantu kita dalam mencapai kemenangan pribadi.