Take for Granted

Salah satu hal yang rutin saya lakukan saat ini adalah journaling. Selain mencoba menangkap momen dalam satu hari atau meluangkan ide, ada satu bagian dimana saya berusaha menulis apa yang saya syukuri di hari itu. Minimal tiga hal, apapun, sekecil mungkin.

Hari dimana saya menulis post ini, hal yang saya syukuri adalah bisa makan malam bersama keluarga, menemukan lagi lagu lama yang bertahun-tahun tidak saya dengarkan, serta bisa minum jus stroberi. Simple, ya? Terkadang ada sesuatu yang kita anggap biasa saja dan take for granted. Sesederhana makanan kesukaan, bermain bersama teman, atau berkumpul dengan keluarga.

Take for granted, sesuai definisi Oxford Dictionary, artinya gagal untuk mengapresiasi seseorang atau sesuatu akibat terlalu familier. Orangtua kita tidak akan selamanya bersama kita. Sahabat yang dulu sehari-harinya tidak terpisahkan, kini hanya bisa bertemu setahun sekali. Atau tempat jajan pentol langganan yang suatu hari tiba-tiba tutup. Life comes at you fast, it can change in an instant.

As cliche as it may sound, bersyukur memang merupakan salah satu cara menghargai hidup. Di zaman yang serba digital, sangat mudah untuk terjebak di pusaran kecemburuan dan ketidakpuasan. Kita ingin meraih sesuatu yang baru dengan harapan itu akan membuat kita lebih bahagia. Padahal banyak penelitian menunjukkan kalau rasa syukurlah yang membuat kita kembali fokus pada apa yang dimiliki ketimbang apa yang kurang, membantu menimbulkan emosi yang lebih positif, meningkatkan kesehatan, membantu saat mengatasi kesulitan, serta membangun relasi yang kuat dengan sesama.

Jadi, apa hal yang kamu syukuri hari ini?

💡
Suka dengan post ini? Kamu bisa mendaftar ke email newsletter yang akan saya kirimkan tiap hari Sabtu. Isinya adalah rekomendasi buku yang sedang saya baca, beberapa link artikel menarik, video atau lagu yang saya temukan di minggu itu, serta quote yang berkesan.