Tentang Apa dan Mengapa

The Golden Circle starts with why, not what.

Tentang Apa dan Mengapa
Photo by Evan Dennis / Unsplash

Angin malam menusuk badan saya walaupun tas ransel sudah saya kenakan di depan. Dalam hati saya mengutuki diri sendiri, kenapa jaket di kosan hanya terlipat rapi di dalam koper? Memang terik dan silau di siang hari bisa membuat mata susah terbuka. Jangankan pakai jaket, terkadang bahkan meski hanya memakai baju polo, tetap saja basah kuyup karena keringat. Wajar kalau berasumsi utilitas jaket akan sangat rendah.

Tapi ternyata angin darat di daerah pesisir muncul setelah matahari terbenam. Saya lihat di speedometer motor yang saya pinjam, jarumnya hanya melebihi sedikit angka 40. Kalau tangan kanan saya menaikkan kecepatan, tubuh kurus saya mulai menggigil. Pandangan saya lalu beralih ke jam tangan. Pukul 22.15. Termenung saya menatap jalan kosong di depan.

Saya teringat kurang dari sepuluh tahun yang lalu saya mengejar kereta terakhir di Stasiun Cikini. Keuntungan naik kereta tengah malam adalah pasti dapat tempat duduk walau tetap ramai orang. Saya langsung memejamkan mata untuk menyicil jam tidur, tahu esok subuhnya akan kembali ke rutinitas yang sama. Entah bagaimana saya bisa pulang kalau tidak sempat naik kereta ini, hanya demi mengecek satu per satu kalimat di PPT.

Lompat ke dua-tiga tahun yang lalu. Saya menurunkan kecepatan mobil 4WD yang saya kendarai, mengambil radio tangan, lalu berusaha menyebutkan kalimat yang tertera di pinggir jalan. Slogan safety tentang berkendara aman menghindari distraksi, yang setelah dipikir-pikir, ternyata cukup ironis karena hal inilah yang mendistraksi saat sedang menyetir. Saya menaikkan volume musik rock yang saya putar, menyalakan lampu jauh karena jalan tambang yang minim lampu, menahan lapar karena sudah jam 8 malam.

Bukan sekali dua kali pertanyaan yang sama terbersit di benak saya. “Mengapa saya mau melakukan ini?”

Tidak ada yang mewajibkan atau mengharuskan. Tidak ada benefit materiil yang didapat. Dari sejak lulus kuliah sampai sekarang, saya tidak pernah bekerja di tempat yang memberikan uang lembur. Tidak ada kesempatan untuk ‘pencitraan’ karena atasan-atasan saya juga tidak ada yang tahu kapan saya pulang. Jadi apa alasannya? Kenapa harus going the extra mile?

Simon Sinek dalam bukunya berjudul Start with Why menyatakan, “Bukan APA yang kita lakukan yang bisa membuat kita bangun tidur penuh semangat setiap pagi, melainkan MENGAPA kita melakukannya. Terlepas dari APApun yang kita kerjakan, alasan MENGAPA kita — tujuan hidup, sebab, kepercayaan — tidak pernah berubah. APA hanyalah cara nyata bagi kita untuk menghidupkan tujuan tersebut.”

Menjawab pertanyaan MENGAPA tidaklah mudah. Dibutuhkan refleksi dan evaluasi yang mendalam. Bahkan saya pun belum yakin dengan jawaban saya sendiri. Di post yang singkat ini saya hanya ingin membagikan yang menurut saya adalah alasannya.

Saya yakin pada diri saya sendiri bahwa saya mampu melakukan hal yang hebat. Saya tidak puas dengan kata cukup baik, kalau saya tahu saya bisa lebih baik. Saya tidak naif dan menganggap bahwa saya harus menjadi yang terbaik atau paling baik. Itu adalah hal yang berbeda dan saya menyadari banyaknya kekurangan yang saya miliki. Pembanding untuk terbaik, bagi saya adalah orang lain. Tapi pembanding untuk lebih baik adalah diri saya sendiri.

Saya tidak bisa puas kalau membuat draft PPT sekadarnya, seselesainya, kemudian pulang cepat, padahal saya tahu saya bisa mengusahakan supaya tidak ada typo, presentasinya lebih enak dibaca, atau datanya sudah tepat.

Saya bisa ikut pulang rombongan ke mess tepat waktu, dibanding harus mendatangi customer lalu kembali ke lapangan untuk mengambil data dan baru selesai malam hari. Tapi saya tahu, walaupun tidak ada komplain sekalipun, pikiran saya tetap tidak bisa tenang.

Saya tidak bisa puas dengan kata cukup baik, terutama mengenai diri saya sendiri, kalau saya tahu saya bisa lebih baik.

APA pekerjaannya, baik itu di pemerintahan, di kawasan tambang, maupun di daerah pesisir Kalimantan Barat, jawaban saya akan MENGAPA tetap tidak berubah. Dan saya yakin, APApun yang akan saya lakukan ke depannya, saya akan tetap berpedoman pada alasan MENGAPA itu.

Bagaimana dengan kamu? Jangan lupa untuk memulai dengan pertanyaan MENGAPA…

💡
Suka dengan post ini? Kamu bisa mendaftar ke email newsletter yang akan saya kirimkan tiap minggunya, berisi rekomendasi buku yang sedang saya baca, beberapa link artikel menarik, video atau lagu yang saya temukan di minggu itu, serta quote yang berkesan untuk saya.