Tentang Cinta
Sedikit ‘filosofi’ tentang cinta.
Hai!
Pada tanggal 16 November 2024, saya resmi menyandang status sebagai seorang suami. Di hadapan istri, orangtua, saksi, keluarga besar, Romo, dan semua yang hadir saat pemberkatan di gereja, saya mengucapkan rasa syukur dan terima kasih. Kemudian, saya juga menyampaikan ’sedikit filosofi’, yang akan saya tulis kembali di post ini.
’Filosofi’ yang dimaksud, sebenarnya adalah hasil dari kutipan sebuah buku karangan C. S. Lewis yang membahas pernikahan dari sudut pandang agama. Di situ ia menyebutkan bahwa di dalam sebuah pernikahan, tidak mungkin isinya hanya cinta saja. Kalau hanya cinta, maka tidak ada tempat bagi kehadiran Tuhan. Kalau hanya cinta tidak ada tempat bagi kesetiaan, kerja keras, dan pengorbanan.
“Pandangan bahwa 'jatuh cinta' adalah satu-satunya alasan untuk tetap menikah sama sekali tidak memberi ruang bagi pernikahan sebagai kontrak atau janji. Jika cinta adalah segalanya, maka janji tidak dapat menambah apa pun; dan jika tidak menambah apa pun, maka janji tidak boleh dibuat.”
Pernikahan, saya yakin, bukanlah hal yang mudah untuk dijalani. Pernikahan bukan hanya sekedar acara resepsi. Pernikahan bukanlah seperti akhir sebuah cerita romansa, dimana pemeran utama berhasil merebut hati pasangan idamannya, dan kemudian narator berkata “akhirnya mereka hidup bahagia selamanya.”
Saya mengerti apa yang akan saya hadapi ketika janji pernikahan saya ucapkan. Saya berjanji untuk setia mengabdi di dalam senang dan susah, di saat untung dan malang, di waktu sehat dan sakit. “Life isn’t all sunshine and rainbow.” Akan ada badai yang menerpa, ombak besar, dan batu karang yang harus dilewati. Pernikahan bukanlah hal yang mudah untuk dijalani.
Perasaan Cinta
Di dalam lirik lagu, film, puisi, maupun buku, seringkali disebutkan tentang cinta. Orang yang merasakan cinta melihat dunia dengan lebih indah. Kicauan burung, semerbak harum bunga, sinar mentari. Bahkan katanya, tai ayam pun serasa coklat 😅. Itu mengapa, sebagian besar orang ingin merasakan cinta.
Tetapi, hubungan pun bisa berakhir akibat seseorang tidak lagi merasakan cinta pada pasangannya. Sebuah penelitian menyebutkan durasi seseorang merasakan cinta rata-rata adalah 6 - 18 bulan. Setelah itu, perasaan hati yang berkobar-kobar di awal hubungan perlahan padam. Ini sebabnya, hubungan yang didasarkan pada perasaan cinta tidak bisa bertahan lama.
Perasaan cinta sama saja seperti perasaan yang lain. Perasaan gembira, perasaan sedih, perasaan marah, atau perasaan bosan. Perasaan dapat datang dan pergi. Betapa bahayanya apabila kita menggantungkan sebuah hubungan, apalagi hubungan pernikahan, pada sebuah perasaan.
Di dalam janji pernikahan, tidak ada kata-kata “saya berjanji akan selalu merasakan cinta padamu.” Sama seperti saya tidak bisa berjanji akan selalu merasakan gembira. Tapi, saya berjanji untuk selalu mencintai. Walaupun berasal dari kata yang sama, ada perbedaan signifikan antara cinta sebagai kata benda dan cinta sebagai kata kerja.
Saya tetap bisa “mencintai” walaupun sedang merasa marah. Saya tetap bisa “mencintai” walaupun sedang merasa bosan. Saya tetap bisa “mencintai” walaupun sedang tidak merasakan cinta. Bukan hal yang mudah, tapi bisa dilakukan. Dengan tetap setia, mau mengorbankan diri, mau berusaha untuk membahagiakan pasangan, apapun yang sedang kita rasakan.
I like because…, but I love despite…
Pada dasarnya, manusia adalah makhluk yang egois. Kita suka apabila pasangan kita menarik secara fisik. Kita suka apabila pasangan kita mau memenuhi keinginan kita. Kita suka apabila pasangan kita memiliki intelektual yang tinggi, dan sebagainya.
Mudah untuk suka dengan seseorang karena apa yang ia miliki.
Tapi, kita mencintai walaupun. Kita bisa tetap mencintai seseorang walaupun ia pemarah. Kita bisa mencintai seseorang walaupun banyak hal yang tidak kita sukai ada pada dirinya. Kita bisa mencintai seseorang walaupun sama sekali tidak ada keuntungan bagi diri kita untuk mencintai dirinya.
Carilah dan temukan sosok seseorang yang bisa dan mau kamu cintai walaupun adanya semua kekurangan yang ia miliki.
Saya akan menutup tulisan singkat ini dengan harapan agar kamu yang membacanya bisa menemukan orang yang mau kamu cintai sepenuhnya. Di dalam janji pernikahan, ada kata-kata “saya mau mengasihi dan menghormati dirimu sepanjang hidup saya”. Seumur hidup. Apapun yang sedang dirasakan. Bukan hanya karena, tapi juga walaupun.