Weekly Blast (2/11) - Tokyo

Hi!

Sewaktu kamu menerima email ini, saya sedang berada di Tokyo (kemungkinan besar lagi selimutan karena dingin). Perjalanan ke Jepang sebenarnya sudah saya rencanakan dari tahun 2022. Ternyata waktunya kebetulan pas satu minggu setelah saya menjadi pengangguran ๐Ÿ˜….

Tentu di tahun lalu saat membeli tiket pesawat, rencana saya hanya rekreasi biasa saja karena ini adalah liburan pertama setelah pandemi. Tapi dengan banyaknya hal yang terjadi, mungkin di dalam perjalanan ini akan banyak kesempatan untuk refleksi. Apa sebenarnya yang saya mau dalam hidup? Apa yang ingin saya raih dalam 5, 10, atau bahkan 20 tahun ke depan? Bagaimana saya bisa menyesuaikan prioritas untuk mencapai hal-hal tersebut? Selama ini saya hanya menyibukkan diri dengan pekerjaan dan tidak pernah meluangkan waktu panjang untuk memikirkannya. Jadi, sambil menikmati udara dingin peak winter Jepang, saya akan memanfaatkan momen selama 9 hari nanti sebaik mungkin.

Berhubungan dengan perjalanan dan pencarian makna hidup, ada tiga hal yang menurut saya bisa menjadi food for thoughts. Pertama, Lawrence Yeo dalam artikelnya berjudul Travel is No Cure for The Mind menjelaskan argumen dengan sangat rinci dan menarik bahwa travelling bukanlah solusi dari ketidaknyamanan pikiran kita. Ini mungkin bisa menjadi jawaban juga untuk orang-orang yang menjadikan liburan sebagai pelarian, lari dari tanggung jawab atau masalah yang sedang dihadapi.

Kedua, perjalanan Dev Shah ke Itali dalam series Master of None di Netflix (season 2). Keputusannya untuk membeli tiket dilakukan secara impulsif. Walaupun banyak hal baru yang ia dapat, namun ia tetap tidak bisa move on dari 'masalah' sebenarnya yang dihadapi. (Setelah selesai menonton episode pertamanya di Itali, saya langsung pesan pasta lewat ojek online ๐Ÿ˜‚).

Terakhir adalah Bojack Horseman. Saya selalu ingat dengan quote Mr. Peanutbutter saat Diane berencana menjadi volunteer di Cordovia.

Sebagai karakter yang selalu ceria, Mr. Peanutbutter malah sering mengeluarkan quote yang depresif ๐Ÿคฆ๐Ÿปโ€โ™‚๏ธ

Nah, kalau menurut kamu bagaimana? Adakah hubungan antara perjalanan dan keinginan kita untuk mencari arti kehidupan? Kalau kamu punya feedback untuk saya, silakan hubungi melalui email ini atau DM Twitter @jagadgp.

Yoi shumatsu o!

Jagad

NB: Menurut pendapat kamu, lebih enak saat baca tulisan yang saya kirim tetap formal seperti ini atau agak casual supaya tidak terlalu kaku? Give me your insight, yah!

๐ŸŽฅ Film/Series

Parasyte di Netflix. Anime ini menceritakan munculnya alien yang bisa masuk ke tubuh manusia, mengambil alih otak dan akhirnya bisa mengontrol orang tersebut sepenuhnya. Shinichi Izumi, karakter utama di series ini, juga dimasuki oleh parasite. Tapi karena satu dan lain hal, parasite itu tertahan di tangan kanan Shinichi.

Saya tidak menyangka bahwa anime ini bisa memberikan kesan yang mendalam. Tidak hanya menyuguhkan action dari main characternya melawan alien, tapi bisa membuat kita berpikir mengapa terkadang manusia menganggap makhluk lain lebih rendah. Mengapa manusia seringkali egois dan bahkan bisa membunuh spesiesnya sendiri. Apakah di bumi kita ini manusialah parasit yang sebenarnya?

๐Ÿ—ž๏ธ Artikel

The Day You Decided to Take the Leap oleh Lawrence Yeo. Di dalam artikel ini, Yeo menceritakan pengalaman hidupnya saat memutuskan berhenti dari corporate job dan mulai mencoba menjadi musisi serta penulis. Sebelumnya ia membuat list benefit dan concern untuk membantu keputusan tersebut. Ternyata, seiring berjalannya waktu, banyak sekali hal tak terduga yang ia dapat dan menambah list pada kolom benefitnya. Ia bertemu dengan wanita yang akhirnya menjadi istrinya, mendapat pengalaman touring dan menjadi mentor, serta bergabung dengan program non profit yang membantu pendidikan musik.

Taking the leap, menurut Yeo, bukanlah tindakan irasional yang hanya didorong gairah sesaat. Ketika kita mengerti bahwa concern atau kekhawatiran bisa dikelola, namun ada banyak manfaat yang didapat yang mungkin tidak terbayangkan sebelumnya, maka taking the leap bukan lagi menjadi hal emosional, melainkan langkah logis yang bisa membawa kita menuju kehidupan yang ingin kita jalani.

๐Ÿ’ญ Quote

โ€œYou cannot blame anyone else for what you do. You cannot blame your past for who you are. You are responsible for you. You make your own choices.โ€

Trevor Noah, Born a Crime