Weekly Blast (2/4) - Clason vs Housel

Hi!

Di minggu ini saya ingin berbagi sedikit mengenai satu pemikiran yang membayangi saya.

Ada sebuah quote dari buku The Richest Man in Babylon karangan George Clason yang berbunyi, “Enjoy life while you are here. Do not overstrain or try to save too much. If one-tenth of all you earn is as much as you can comfortably keep, be content to keep this portion. Live otherwise according to your income and let not yourself get niggardly and afraid to spend. Life is good and life is rich with things worthwhile and things to enjoy.”

Hal ini sebenarnya cukup kontradiktif dengan prinsip saya selama ini. Saya cenderung lebih setuju dengan apa yang Morgan Housel katakan bahwa “kekayaan adalah pendapatan yang tidak dihabiskan. Untuk membangun kekayaan justru banyak hubungannya dengan tingkat kita menabung. Tekan apa yang bisa kita beli hari ini sehingga kita punya lebih banyak pilihan di masa depan.”

Pertanyaannya, dimana titik tengah dari kedua pandangan ini?

Apakah menabung 10% dari pendapatan sudah cukup untuk “berjaga-jaga“ terhadap hal yang tidak terduga di masa depan? Apakah dengan semakin banyaknya menabung, kita tetap bisa menikmati hidup saat ini? Apabila tabungan kita sudah banyak di hari tua, apakah belum terlambat untuk pergi ke destinasi impian atau membeli barang yang selama ini sangat ingin kita miliki?

Perjalanan saya ke Jepang beberapa waktu lalu membuat saya merenung kembali dan mulai mengubah cara pandang. Mungkin dalam minggu ini saya akan mencoba merangkumkannya dalam sebuah tulisan. Kalau menurut kamu bagaimana? Lebih setuju dengan George Clason atau Morgan Housel?

Silakan feedback melalui email ini atau DM Twitter @jagadgp.

Happy Weekend!

Jagad

📖 Buku

Beowulf (tidak diketahui siapa pengarangnya). Buku ini merupakan sebuah sastra Jerman kuno yang berbentuk puisi dan bercerita tentang Beowulf, seorang pahlawan Skandinavia yang berusaha menyelamatkan penduduk Denmark dari ancaman Grendel, monster tak terkalahkan. Cerita petualangan Beowulf tidak hanya menggambarkan apa yang diperlukan untuk menaklukkan sosok mengerikan, namun juga bagaimana melelahkan kehidupan setelahnya.

🎥 Film/Series

Everything Everywhere All at Once. Film paling bagus yang saya tonton tahun ini (karena 2023 baru 3 bulan jadi 2022 juga termasuk). Premisnya dari IMDB: “Seorang imigran Cina paruh baya terseret ke dalam petualangan gila di mana hanya dia sendiri yang dapat menyelamatkan dunia dengan cara menjelajahi alam semesta lain dan menyaksikan semua kemungkinan kehidupan yang bisa dia jalani.”

Menurut saya film ini jauh lebih bagus dari film Marvel dengan tema serupa (multiverse), dan bisa membuat mata saya berkaca-kaca saat film selesai. Belum lagi ketika saya menonton video Ke Huy Quan (pemeran Waymond Wang) saat menerima penghargaan Golden Globe, lalu breakdown tiap scene, dan tentu saja trivia-trivia di balik pembuatan film ini.

“All the VFX for this film was done by 9 people, including the two directors, with the majority of the shots being done by a core group of 5 people. None of the VFX team went to school for VFX. They were all friends who taught themselves with tutorials they found online for free.” And it was so damn good!

Kalau kamu menanyakan film apa yang saya rekomendasikan untuk ditonton sekarang, film ini jadi salah satunya (rekomendasi lainnya adalah Eternal Sunshine of the Spotless Mind dan About Time 😁).

🗞️ Artikel

The Optimal Amount of Hassle. Artikel yang cukup menarik, membahas mengenai toleransi terhadap BS (bullsh*t), baik itu di dalam dunia kerja, relasi dengan rekan, maupun dengan keluarga. Kalau toleransi kita nol — apabila kita alergi terhadap perbedaan pendapat, insentif personal, inefisiensi, miskomunikasi, dsb. — kemungkinan kita bisa sukses di dalam apapun yang membutuhkan orang lain juga mendekati nol. Namun, begitu juga sebaliknya. Kalau kita menerima semua hal yang nonsense, the world will eat us alive.

Contoh kasus: maling. Pemilik sebuah toko bisa mengeliminasi kemungkinan adanya pencurian dengan melakukan penggeledahan pada semua orang yang berkunjung ke tokonya. Tapi akhirnya tidak akan ada yang mau belanja ke sana. Artinya level optimal terjadinya pencurian bukanlah nol. Pemilik toko itu harus menerima level risiko tertentu sebagai ‘biaya’ yang tidak bisa dihindarkan dalam mencapai progress.

Tiap industri dan dunia kerja mungkin berbeda-beda, tapi hal ini tetap bisa diterapkan. Volatilitas. Orang yang moodnya jelek karena mengalami bad day. Politik kantor. Bawahan yang sulit dikasih tahu. Birokrasi. Semua itu harus bisa ditanggung hingga batas tertentu kalau kamu mau maju.

💭 Quote

“I have realities in my past, not only the reality of work done and of love loved, but of sufferings bravely suffered.”

Viktor Frankl, Man’s Search for Meaning