Weekly Blast (4/29) - Pengingat Menulis Jurnal

Hi!

Minggu ini saya ingin mengingatkan kembali besarnya efek journaling yang bisa kamu rasakan. Selain bisa menangkap momen penting yang terjadi di hidup kamu, manfaat lain juga bisa didapat. Bahkan Pusat Medis Universitas Rochester menyebutkan bahwa journaling adalah salah satu cara tersehat untuk kamu bisa mengekspresikan perasaan, mengelola kesehatan mental, mengurangi stres, dan membantu mengatasi depresi.

Namun, selain menulis jurnal, satu hal lain yang menurut saya penting dilakukan adalah membaca kembali tulisan kita. Jadi bukan hanya cluttering our emotions, kita bisa memunculkan kembali ide atau memori yang terlupakan. Ini penting buat saya yang sayangnya sangat pelupa.

Beberapa tips yang bisa saya bagikan buatmu, antara lain cobalah menulis setiap hari. Sedikit atau banyak tidak masalah, kamu boleh menghabiskan waktu 2 menit atau 30 menit. Yang penting kuncinya adalah konsistensi. Kamu bisa membawa buku kecil yang dibawa kemana pun atau menggunakan handphone. Saat ini saya sangat terbantu dengan aplikasi di handphone yang terhubung dengan laptop.

Lalu selanjutnya, jangan merasa terbatasi dan jangan menulis untuk orang lain. Apa saja yang kamu pikirkan bisa kamu tulis. Hal ini penting karena kamu akan merasa bebas dan leluasa menumpahkan emosi dan perasaan kamu. “Keeping a journal helps you create order when your world feels like it’s in chaos.” Dengan menulis, kamu sudah melakukan hal yang baik untuk pikiranmu.

Seperti biasa, kalau kamu punya feedback untuk saya, silakan hubungi melalui email ini atau DM Twitter @jagadgp. Apabila kamu merasa tulisan-tulisan saya bisa memberikan manfaat, feel free untuk forward email ini atau merekomendasikan website Jagad Raya ke teman-teman kamu.

Happy long weekend!

Jagad

📖 Buku

Barking Up the Wrong Tree oleh Eric Barker. Saya sudah beberapa kali membaca tulisan Eric Barker di websitenya (bakadesuyo.com). Apa yang membuat tulisan Barker menjadi spesial adalah banyaknya referensi yang dimasukkan dalam satu tulisan, yang menggambarkan banyaknya buku yang dibaca.

Buku ini berisi sains di balik hal yang bisa menentukan kesuksesan. Beberapa tema yang dibawa seperti: kenapa valedictorian jarang menjadi milyuner, apakah benar kalau ‘nice guys finish last’, kenapa pelajaran terbaik tentang kerjasama justru datang dari anggota geng, bajak laut, dan pembunuh berantai, serta bagaimana menemukan work-life balance dengan strategi Genghis Khan dan kesalahan Albert Einstein.

Walaupun referensi sains di dalam buku ini cukup banyak, namun Barker bisa mengemasnya dengan alur cerita yang seru dan membuat penasaran.

🎥 Film/Series

Beef di Netflix. Film ini menggambarkan skenario fateful encounter. Biasanya di film romcom, sebuah pertemuan kecil yang tidak disengaja bisa mempertemukan seseorang dengan soulmate, jodoh yang menjadi pasangan dalam hidup. Tapi di dalam Beef, sebuah insiden kecil di parkiran ternyata mempertemukan Danny Cho (Steven Yeun) dengan *mortal enemy-*nya, Amy Lau (Ali Wong). Pertemuan ini berlanjut menjadi balas-balasan dendam yang semakin kacau dan bahkan sampai mengorbankan nyawa.

Apa yang membuat saya tertarik dengan series ini yaitu eksplorasinya yang mendalam mengenai kesehatan mental, konsekuensi apabila kita menyakiti seseorang, dan butterfly effect yang terjadi. Untuk akting pemerannya sangat bagus, terutama Steven Yeun di scene dalam gereja dan Ali Wong saat ia mengakui perasaan yang selalu dipendam.

💭 Quote

“Complaining does not work as a strategy. We all have finite time and energy. Any time we spend whining is unlikely to help us achieve our goals. And it won't make us happier.”

Randy Pausch, The Last Lecture