Weekly Blast (8/13) - Tidak Bisa adalah Hal yang Biasa

Belajar mengakui kalau ada yang tidak bisa kita lakukan adalah salah satu hal yang membebaskan.

Hi!

Satu hal yang membuat saya banyak merenung di minggu ini adalah bagaimana kita sering merasa enggan untuk dianggap tidak mampu. Mungkin karena dari kecil sudah melekat di pikiran kita bahwa kalau kita tidak bisa melakukan sesuatu, maka kita akan dianggap gagal.

Dan, kegagalan memunculkan reaksi tidak mengenakkan, seperti dimarahi, diremehkan atau dipandang rendah. Hal itu tentu menyakiti hati, sehingga sebisa mungkin kita menghindarinya.

Padahal, tidak semua hal di dunia ini bisa langsung kita lakukan. Untuk bisa berjalan, seorang bayi harus belajar merangkak, berdiri, dan terjatuh berulang kali sampai ia melangkah dengan lancar. Untuk mencapai kata "bisa" atau "mampu", selalu ada proses yang harus dilewati.

Tapi mengapa saat dewasa, apabila kita diminta melakukan suatu hal yang sebelumnya tidak kita ketahui, tetap akan muncul respons dari dalam diri kita untuk berusaha terlihat sudah bisa?

Di minggu ini saya belajar bahwa tidak masalah mengatakan kalau kita belum tahu atau belum bisa. Orang yang ahli di dalam suatu hal saja pasti memiliki hal lain yang ia sama sekali tidak bisa lakukan. Itu adalah hal yang wajar dan manusiawi. Apapun reaksi dari orang lain, entah itu ditertawakan atau diremehkan, yakinlah dalam diri kalau kita memang belum bisa. Hal ini penting untuk melanjutkan proses berikutnya, yaitu belajar. Apabila kita justru denial atau menyangkal, kita tidak akan berkembang menjadi lebih baik.

Pernahkah kamu berada dalam situasi yang sama? Apa satu hal yang orang lain ingin kamu bisa lakukan padahal kamu tahu kalau sebenarnya kamu masih belum bisa?

Kamu bisa memberikan feedback untuk saya melalui email ini atau DM Twitter @jagadgp.

Happy weekend!

Jagad

🌐 Post

Di minggu ini, saya membuat dua tulisan di web. Yang pertama membahas mengenai sebuah buku berjudul Eleanor Oliphant is Completely Fine, novel debut dari Gail Honeyman.

Menceritakan seorang gadis bernama Eleanor, yang memiliki masa lalu traumatis dan sulit bersosialisasi dengan orang lain, yang tiba-tiba terpikat dengan seorang penyanyi. Ia percaya kalau mereka ditakdirkan untuk bersama.Banyak humor yang lucu, jalan ceritanya tidak bisa ditebak, dan ada plot twist yang cukup mengagetkan. Kita juga terus dibuat penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi pada Eleanor dan keluarganya di masa lalu.

Menurut saya buku ini bagus karena penulis bercerita mengenai kesendirian dan efek trauma masa kecil terhadap kesehatan mental, namun tidak berlebihan dalam meromantisasi mental illness.

Post kedua adalah tulisan pertama saya untuk bacaan 1-menit, sebuah bagian baru di blog saya berisi ide atau hal-hal yang bisa kamu baca dalam 1 menit saja. Saya sangat excited saat terpikir untuk membuat bagian ini.

Pertama, saat saya tiba-tiba mendapat ide mengenai sesuatu, saya bisa langsung membuat tulisan tanpa perlu menghabiskan banyak riset atau membaca artikel-artikel (walaupun berawal dari tulisan tersebut, selanjutnya saya mungkin akan membuat post yang lebih panjang, dengan riset dan membaca artikel). Lalu kedua, saya bisa belajar untuk tidak bertele-tele saat menulis. Penyampaian saya bisa lebih ringkas dan langsung to the point. Terakhir, ini membantu saya dalam membangun habit/kebiasaan menulis secara rutin.

📖 Buku

Never Let Me Go oleh Kazuo Ishiguro. Saya belum bisa banyak bercerita karena baru sampai di Chapter 8. Mengutip deskripsi buku ini dari Goodreads: "Hailsham tampak seperti sekolah asrama Inggris yang menyenangkan, jauh dari pengaruh kota. Murid-muridnya dirawat dan didukung dengan baik, terlatih dalam seni dan sastra, serta menjadi orang-orang 'ideal' yang diinginkan dunia. Tapi, anehnya, mereka tidak diajari apa pun tentang dunia luar dan hanya diperbolehkan kontak sesedikit mungkin.

Di Hailsham, Kathy tumbuh dari seorang siswi menjadi wanita muda. Tetapi hanya ketika ia dan temannya, Ruth dan Tommy, meninggalkan lingkungan aman di sekolah (seperti yang selalu mereka tahu akan mereka lakukan), barulah mereka menyadari kebenaran penuh tentang apa Hailsham itu."

🎥 Film/Series

"Waterworks" (S06E12) dari series Better Call Saul. Episode penultimate BCS ini menunjukkan kalau Saul benar-benar sudah berada di titik terbawahnya. Tanggal 16 Agustus besok episode finale akan keluar dan saya sangat berharap endingnya bisa sebagus series pendahulunya.

Melihat akting Rhea Seehorn di episode ini, saya teringat episode Crawl Space di Breaking Bad. Seperti yang dikatakan Jake Peralta di B99, "Chills. Literal chills." Seharusnya banyak penghargaan yang bisa dimenangkan nantinya. Saya sudah berulang kali mengatakan ini, Vince Gilligan dan Peter Gould adalah orang jenius!

🗞️ Artikel

Reality Catches Up yang ditulis oleh Morgan Housel di website collaborativefund.com. Artikel ini sangat menarik. Housel mengatakan kalau sebuah aset yang tidak pantas kita dapatkan, dalam waktu singkat bisa menjadi liabilitas. Baik itu portfolio investasi kita yang melonjak di periode bubble, perusahaan startup kita yang mendapatkan valuasi sangat besar, atau saat kita berhasil menegosiasi gaji yang jauh lebih tinggi dibanding kemampuan kita. Hal-hal ini mungkin terasa menyenangkan pada saat itu, tetapi reality will eventually catch up dan bahkan menuntut ganti pembayaran dalam proporsi yang lebih besar.

72-Hour Rule: How to Stop Impulse Buying? oleh Rishikesh Sreehari. Yang dimaksud impulse buying adalah keputusan yang tidak terencana oleh seseorang untuk membeli sebuah produk atau servis. Di dalam artikel ini Sreehari menjelaskan apa pemicu kita melakukan impulse buying dan bagaimana cara-cara menghentikannya.

Artikel ini berkesan untuk saya karena baru beberapa waktu lalu saya melakukan pembelian barang yang sebenarnya tidak terlalu saya perlukan, hanya karena melihat video di Youtube. Dan saya yakin pasti banyak di antara kita yang pernah melakukan hal yang sama.

💭 Quote

“Adversity presents itself in many forms; and that if a man does not master his circumstances then he is bound to be mastered by them”

Amor Towles, A Gentleman in Moscow